Rabu, 25 Juni 2014

CINTA TARI TRADISIONAL ATAU TARI MODERN ?


     Kali ini saya akan membahas tentang topik tentang Budaya, yaitu "CINTA TARI TRADISIONAL ATAU TARI MODERN ?" Pada era sekarang ini khususnya anak muda lebih memilih atau suka tari modern atau tari tradisional ?
     Ya mungkin ada yang sua dengan tari tradisional ada juga yang suka tari modern. Kita lihat sekarang saja dengan datangnya gangnam style atau harlem shake, anak muda sekarang bahkan anak kecil suka dengan gangnm style. Banyak sekali jenis tari modern ada hip-hop, concert dance,break dance, shuffle dance, k-pop, R&B dance, freestyle.
     Namun jika ditayangkan atau melihat tari tradisional kemungkinan anak muda bosan melihatnya. Sedih sekali kalau tari asli Indonesia atau kata lain Tarian daerah tidak suka.. Padahal Indonesia, negeri tercita kami ini banyak sekali macam-macam tarian dari daerah-daerah. Kenapa ya kalau lihat tarian tradisional tidak tertarik seperti tari modern ? Kenapa tidak muda sekarang enggan dengan tari tradisional ?
     Kondisi yang demikian mau tidak mu membuat semakin tersisihnya tarian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan permaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalkan saja bentuk-bentuk ekspresi terianetnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrilisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.
     Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang. Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu aagen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya.
     Contoh lain adalah kesenin Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami "mati suri". Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidk hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisioanl, melaikan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berartisemua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
     Lalu bagaimana kita sebagai penerus generasi muda agar Tari Tradisional disukai oleh kita ?
Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasioanlis sangatlah diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita tuntut untuk berjiwa nasioanalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari bahawa untuk mempertahankan budaya untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karena tak cukupapaila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya.




Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar